Wednesday, May 9, 2012

Kemapanan dan Stagnasi

Perjuangan
Manusia kemudian kehilangan identitasnya melalui gaya hidup konsumerisme, dimana sekarang telah terbentuk asumsi di masyarakat bahwa apa yang anda gunakan mendefinisikan siapa anda. Perhiasanyang anda pakai, minuman yang anda beli, kendaraan yang anda gunakan yang nantinya menunjukan tingkat sosial anda di mata masyarakat.

Ebiet G Ade tak akan pernah lagi menghasilkan karya yang monumental seperti saat masih terlunta lunta di Yogjakarta, begitu hidupnya sudah mapan di Jakarta. Pramoedya , justru menghasilkan karya roman yang luar biasa pencapaiannya ketika hidupnya berada dalam tekanan dan siksa dalam tahanan di Pulau Buru. Ia tak pernah bisa mengulanginya lagi ketika menghirup udara bebas beberapa tahun kemudian. Tak hanya seniman, Bung Karno juga kehilangan kekuasaannya karena kepekaannya terhadap bangsanya hilang, begitu ia terlena dengan mimpi mimpi mercua suarnya.

Kemapanan memang memabukan dan membuat kita menjadi lemah, tidak sensitif dan stagnan. Padahal kepekaan atau daya sensitif adalah elemen penting tak hanya proses kreatifitas tetapi juga lingkungan, orang yang kita cintai sampai pekerjaan kita. Tak dapat disangkal, ketika manusia berada dalam pergulatan hidup dengan penderitaan yang haru biru, ia bisa menjadi sangat sensitif dan eksploratif. Ini memang tak mudah karena mengisyaratkan kita harus menjaga jarak dengan apa yang namanya kemapanan seperti kekuasaan, kekayaan dan kemasyuran. Ini memang tidak mudah,bagaimana kita tidak tergoda untuk melompat ke sisi lain tersebut. Seniman besar seperti penyair WS Rendra atau sutradara Teguh Karya, telah mencoba melakukannya. Mereka tetap hidup dan bernafas dalam komunitas teaternya. Rumah Om Steve, nama Teguh Karya biasa dipanggil tetap terbuka bagi siapa saja, baik aktor baru atau kondang. Ia bisa tetap mentraktir nasi uduk kebon kacang bersama pemain pemain barunya yang tidak punya uang untuk membeli makanan. Ini membuatnya tetap sensitif terhadap manusia manusia sekitarnya, sehingga karya karyanya tentang sisi kehidupan tetap kuat dan mempesona.

Stagnan.

Kemapanan yang akhirnya tercapai membuat kita hidup dalam statis, berpuas diri, dan terpaku pada keadaan yang sudah ada. Tidak lagi mendorong diri untuk pencapaian yang lebih tinggi.

Bosan.

Merasa telah cukup berpengetahuan, cukup untuk mengetahui segalanya, cukup untuk merasa paling pandai,cukup untuk merasa paling benar, yang akhirnya akan membuat kita enggan untuk belajar lagi, katak dalam tempurung!

Jadi terus mendorong diri untuk dinamis dan kritis, bukannya stagnan, dan tidak terus-menerus terpaku pada keadaan yang sudah mapan. Boleh dibilang, kita tidak boleh terlalu lama dalam kondisi atau zona nyaman kita. Masih ada banyak tantangan lain yang harus dihadapi untuk kehidupan yang lebih indah. Kondisi yang lebih nyaman lagi, lagi dan lagi.

Sungguh betapa besar makna dari perkataan baginda Rasulullah SAW, untuk terus belajar setiap saat, belajar mulai dari ayunan hingga liat lahat, belajar dari siapapun dan kapanpun,dimanapun (dalam perkataan Rasulullah hingga ke negeri cina sekalipun).

Jangan terburu puas dengan hasil yang sekarang kita bukukan dalam hidup. Terus perbaiki sampai kita bertemu dengan kematian.Musuh terbesarnya adalah diri kita, ego kita. Seiring dengan semakin bertambahnya usia, semakin tingginya pendidikan, semakin tingginya derajat sosial, semakin banyak prestasi yang diperoleh, semakin banyak pengalaman yang didapat, semakin besar pula ego kita untuk merasa paling benar, terjebak dalam kondisi ‘mapan’.?

dikutip seadanya dari halaman2 sebelah...

Kerja vs Karya

Pernah seorang kawan anak seni rupa yang menjelaskan bahwa: "karya" itu adalah panggilan jiwa, seseorang yang berkarya akan melakukannya sebaik2 mungkin, walaupun apa yang dilakukannya itu tidak akan membawa keuntungan materi padanya, dan bahkan sering berkarya itu membutuhkan modal dan pengorbanan yang besar. berkarya mungkin hanya akan memberi kepuasan batin saja(benar2 hanya kepuasan batin saja), satu rasa yang transenden (saya agak ragu apa artinya istilah ini). karya dari manusia untuk kemanusiaan itu sendiri.

Berbeda dengan itu kita juga punya istilah lain; "kerja", suatu aktifitas yang dilakukan dengan ogah2an walaupun jelas2 sudah dibayar duluan, aktifitas yang kadang2 dilakukan dengan bebal (kerjakan saja dan jangan gunakan otakmu!!), asal jadi yang penting ada. aktifitas menjadi rutinitas kemudian kehilangan arti, rutinitas untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia, makan(sebanyak2nya).